Rabu, 24 Februari 2010

Prinsip-Prinsip Pikiran


by Arvan Pradiansyah

Pointers:

Prinsip-Prinsip Pikiran (dirangkum dari buku The 7 Laws of Happiness).

Prinsip 1 : Kekuatan terbesar kita adalah kemampuan untuk memilih pikiran kita.

Prinsip 2: Kita tak dapat mengontrol perasaan kita secara langsung. Tetapi kita dapat mengontrol perasaan kita dengan cara mengontrol pikiran kita.

Prinsip 3: Kita tidak dapat berhenti berpikir. Dalam kondisi apapun kita selalu memasukkan makanan ke dalam pikiran kita.

Prinsip 4: Kita hanya dapat memikirkan satu hal dalam satu waktu.

Prinsip 5: Pada saat kepala Anda terinfeksi pikiran negatif, Anda dapat membuangnya saat itu juga dan menggantinya dengan sebuah pikiran positif.

Prinsip 6: Kemampuan untuk mengubah pemikiran adalah seperti otot. Ia dapat tercipta berkat latihan dan disiplin yang sungguh-sungguh kita lakukan.

Prinsip 7: Pikiran tidak dapat membedakan mana kejadian yang telah lama terjadi dan mana kejadian yang baru saja terjadi. Begitu Anda memikirkan kejadian yang Anda alami walaupun telah berlangsung lama, Anda akan merasa seolah-oleh kejadian tersebut baru saja terjadi.

Senin, 22 Februari 2010

MIYABI DAN PORNO

Assalamu Alaikum Wr.Wb
Seandainya kita membaca "Burung" apakah ini Porno?
Seandainya kita membaca "Susu" apakah ini Prono?
Seandainya kita membaca "Ciuman" apakah ini Porno ?
Seandainya kita membaca "Telanjang" apakah ini Porno ?
Seandainya kita tulis ”MIYABI” apakah yang terbayang film porno??
The Word doesn't Mean, But People Mean....(Kata tidaklah bermakna.tetapi manusialah yang memaknai)
Telanjang" sebagai kata, akan bermakna tertentu ketika dipakai dalam kalimat "Petani itu bertelanjang dada sambil mengayunkan cangkulnya"...."Burung" sebagai kata, akan bermakna tertentu ketika dipakai dalam kalimat
"flu burung sudah menyebar ke seluruh dunia"...Atau kata ”ciuman”,Ayah memberikan ciuman sayang pada anaknya
Kata-kata, kalimat, simbol, lambang, pada dasarnya tidak ada artinya...sampai manusia itu memaknainya... Dan makna yang dipahami oleh tiap2 manusia adalah tergantung kepada "Gambaran di kepala kita" kata Water Lippman,"Gambaran di kepala kita" tergantung kepada "Cara Berpikir" kita dan juga tergantung kepada "Pengalaman pribadi"....Inilah yang membentuk Persepsi di dalam diri tiap-tiap manusia...Persepsi ini timbul dari hati manusia.Jadi porno dan nafsu tergantung hati manusianya sendiri…
Sekarang apa hubungannya dengan Miyabi??Kita kan tau saat ini..rame semua media geger rencana kedatangan Miyabi atau Maria Ozawa (yang bukan orang Zawa,tapi Jepang campur Perancis) ini pada 15 Oktober…sampe semua demo…Kyai demo,santri demo.sampe anak TK ikutan demo…..Yang tidak kenal dan tidak tau siapa Miyabi jadi penasaran buka buka internet,akhirnya dapet dech fotonya,dapet dech filmnya,tanpa sadar orang Indonesia diseret jadi budak Miyabi,malah banyak yang kagum…perjuangannya…aneh aneh….Jadi sebenarnya yang bikin nama Miyabi jadi sama dengan film porno itu..ya..masyarakat dan pers sendiri…Padahal saya dari dulu taunya Miyabi itu merk Isuzu Panther,jenis Miyabi…
Nah …Indonesia ini emang hobby bikin orang lain ngetop…Ingat Manohara Vs Teuku Fahry…?sapa sich yang kenal orang itu,tapi sekarang namanya meroket,kayak artis Holywood….Eh…sekarang miyabi van Ozawa…dibikin meroket…..Yang mesti kita inget Negara kita ini memang Negara sekuler…..kecuali kita sudah berazas Islam,jelas orang kayak gini gampang diberanus,gak boleh datang…Tapi syukur juga sich ..masih ada yang peduli moral anak kita rusak…padahal dengan banyak diberitakan,anak kita,yang tadinya gak tau jadi penasaran itu tadi…Padahal saya perhatikan,anak muda, banyak yang udah tau duluan siapa MIyabi ini,bahkan anak muda udah punya koleksinya..weleh weleh…,(kok pada ketawa,??kalo orang sunda bilang seuri koneng….ketawa sambil ngaku…Iya saya udah liat miyabi kok…)..
Kalau saya pikir…untuk penjagaan anak anak muda dan kita semua tentunya mulailah menjaga hati mereka , membersihkan hati kita dari pikiran2 yang porno ?bikin kegiatan yang ,membuat mereka gak sempat PIKTOR (Pikirannya Kotor)….Apapun yang ada disekitar kita,apapun yang ada diluar diri kita,godaan apapun seberat apapun, jika hati kita terjaga,adakah yang akan terpengaruh ?
Tidak menjadi masalah banyaknya bom dipasang oleh teroris dimana2, yang menjadi masalah adalah ketika bomnya meledak.. Tidak menjadi masalah adanya banyak godaan,yang penting kan tidak tergoda...Tapi memang sebaiknya kita juga menjaga jarak dari pengaruh yang buruk .Ilustrasi sederhana adalah: ketika kita tahu kalo ada lubang di sebuah jalan. Maka ketika tahu itu berbahaya,kita bakalan hati-hati melewati jalan tersebut. Karena sering lewat situ, akhirnya kita belajar bagaimana caranya menghindari jalan itu meski pada malam hari. Kita amati dan ingat tempat mana saja yang lubangnya berbahaya. Terakhir, kalo kita sampe ke tahap berpikir adalah ketika kita mulai memasang papan peringatan demi keselamatan orang lain, misalnya: “Hati-hati ada lubang!” Bahkan lebih keren lagi kita lapor ke aparat ( laporin pengurusnya), setempat untuk memperbaiki jalan berlubang tersebut karena bisa membahayakan orang lain. …Itu baru TOP tuh…
Kembali ke laptop….urusan Miyabi…cuekin aja…jangan digubris,gak usah demo demoan…cukup kita tau dia artis porno dan gak pantes jadi tamu,apalagi disambut..,bangsa ini masih banyak masalah yang harus dibereskan.Generasi Penerus masih perlu dikuatkan dan digerakkan penjagaannya…daripada ngurusin Miyabi yang gak jelas..Apalgi sampe browsing nyari filmnya….Awas dilaporin yah…!!!hehehe
Ada sebuah kisah seperti ini,
"Sekali waktu kita rencana mau bertemu dengan tuan rumah, tetapi didepan pintu masuknya, ada 4 anjing besar yang menggonggong dan mengarah ke kita. Manakah yang kita pilih? sibuk mengusir anjing2 itu sehingga menyebabkan kita tidak jadi bertamu dan bertemu dengan pemilik rumah? ataukah kita memilih untuk memanggil Tuan rumahnya?
Jika tuan Rumahnya keluar dan melihat anda digonggongi ajing2nya, pastilah tuan rumah akan memberikan kode dan memerintahkan agar anjing2 tersebut pergi meninggalkan anda"
Manakah yang akan kita pilih, seumur hidup habis hanya untuk mengurusi nafsu kita......ataukah kita memilih untuk memanggil Majikan Pemilik nafsu itu ?Siapa dia?ALLAH SUBHANA WA TAALA.Berlindunglah kepadaNya dari semua nafsu dan godaan di dunia yang fana ini
Wassalammu laikum wr.wb.

Selasa, 16 Februari 2010

Pernahkah Anda Berfikir



Pernahkah anda memikirkan bahwa anda tidak ada sebelum dilahirkan ke dunia ini; dan anda telah diciptakan dari sebuah ketiadaan?

Pernahkan anda berpikir bagaimana bunga yang setiap hari anda lihat di ruang tamu, yang tumbuh dari tanah yang hitam, ternyata memiliki bau yang harum serta berwarna-warni?

Pernahkan anda memikirkan seekor nyamuk, yang sangat mengganggu ketika terbang mengitari anda, mengepakkan sayapnya dengan kecepatan yang sedemikian tinggi sehingga kita tidak mampu melihatnya?

Pernahkan anda berpikir bahwa lapisan luar dari buah-buahan seperti pisang, semangka, melon dan jeruk berfungsi sebagai pembungkus yang sangat berkualitas, yang membungkus daging buahnya sedemikian rupa sehingga rasa dan keharumannya tetap terjaga?

Pernahkan anda berpikir bahwa gempa bumi mungkin saja datang secara tiba-tiba ketika anda sedang tidur, yang menghancur luluhkan rumah, kantor dan kota anda hingga rata dengan tanah sehingga dalam tempo beberapa detik saja anda pun kehilangan segala sesuatu yang anda miliki di dunia ini?

Pernahkan anda berpikir bahwa kehidupan anda berlalu dengan sangat cepat, anda pun menjadi semakin tua dan lemah, dan lambat laun kehilangan ketampanan atau kecantikan, kesehatan dan kekuatan anda?

Pernahkan anda memikirkan bahwa suatu hari nanti, malaikat maut yang diutus oleh Allah akan datang menjemput untuk membawa anda meninggalkan dunia ini?

Jika demikian, pernahkan anda berpikir mengapa manusia demikian terbelenggu oleh kehidupan dunia yang sebentar lagi akan mereka tinggalkan dan yang seharusnya mereka jadikan sebagai tempat untuk bekerja keras dalam meraih kebahagiaan hidup di akhirat?

Manusia adalah makhluk yang dilengkapi Allah sarana berpikir. Namun sayang, kebanyakan mereka tidak menggunakan sarana yang teramat penting ini sebagaimana mestinya. Bahkan pada kenyataannya sebagian manusia hampir tidak pernah berpikir.

Sebenarnya, setiap orang memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali ia sendiri tidak menyadarinya. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat-laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambahlah kemampuan berpikirnya dan hal ini mungkin sekali berlaku bagi setiap orang.

Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.

“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mngerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini." (QS. Al-Fajr, 89:23-24)

Seseorang yang tidak berpikir berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia. Padahal, Allah telah menciptakan segala sesuatu untuk sebuah tujuan sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an:

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Ad-Dukhaan, 44: 38-39)

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (QS. Al-Mu’minuun, 23:115)

Oleh karena itu, yang paling pertama kali wajib untuk dipikirkan secara mendalam oleh setiap orang ialah tujuan dari penciptaan dirinya, baru kemudian segala sesuatu yang ia lihat di alam sekitar serta segala kejadian atau peristiwa yang ia jumpai selama hidupnya. Manusia yang tidak memikirkan hal ini, hanya akan mengetahui kenyataan-kenyataan tersebut setelah ia mati. Yakni ketika ia mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Allah; namun sayang sudah terlambat.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an bahwa pada hari penghisaban, tiap manusia akan berpikir dan menyaksikan kebenaran atau kenyataan tersebut:

“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini." (QS. Al-Fajr, 89:23-24)

Padahal Allah telah memberikan kita kesempatan hidup di dunia. Berpikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran, akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan di akhirat kelak. Dengan alasan inilah, Allah mewajibkan seluruh manusia, melalui para Nabi dan Kitab-kitab-Nya, untuk memikirkan dan merenungkan penciptaan diri mereka sendiri dan jagad raya:

“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya." (QS. Ar-Ruum, 30: 8)

Minggu, 14 Februari 2010

Waspadai Fatamorgana Dunia



“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah.” (QS. Luqman [31]: 33)

Kehidupan dunia hanya kesenangan sementara, namun banyak yang tidak selamat pada jebakan itu. Nafsu menjadi pengendali hidupnya, hingga tidak pernah ada kepuasan atas apa yang dimiliki. Semua selalu kurang dalam pandangannya.

Mengapa hanya karena untuk memenuhi kebutuhan dunia, manusia rela mengorbankan waktu, tenaga, fikiran? Seolah-olah dunia adalah segalanya? Penyebabnya karena dunia dianggap penting! Semakin orang menganggap penting suatu perkara, maka semakin besar pula pengorbanan untuk mencapai hal tersebut. Demikian pula dengan kehidupan duniawi, hingga ibadah pun biasa saja, sekadar luput dari kewajiban.

Sebagai contoh, banyak orang menunda panggilan muadzin untuk bersegera melakukan shalat, hanya karena rapat belum selesai. Itu terjadi karena rapat dianggap lebih penting daripada shalat. Betapa sombongnya kita seolah-olah kehidupan ditentukan oleh kita lewat rapat tersebut. Seolah-olah tahu yang akan terjadi, dan semuanya tergantung pada ikhtiar kita. Padahal, segala sesuatu itu terjadi mutlak kehendak Allah yang Maha Menentukan.

Banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada ikhtiar, ilmu, tenaga dan kecerdasannya, lupa kepada sang Maha Pemberi Segalanya. Kejayaan dunia, harta dan tahta menjadi tolak ukur kemuliaan dalam hidup. Hatinya telah tertutup dengan silaunya dunia, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-baqarah [2]: 212): “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”

Cukuplah Allah segala-galanya bagi kita, Ia Maha Tahu yang terbaik bagi kita. Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Kasih dan Sayang. Insya Allah, bagaimanapun banyaknya masalah yang dihadapi namun bagi orang yang hatinya sudah mantap kepada Allah, tidak ada gentar ataupun takut. Allah telah memberikan ketenangan hati padanya dan solusi dari jalan yang tidak disangka-sangka serta dibukakan hikmah dari setiap kejadian. Semoga kita selalu mendekatkan diri kepada-Nya dan menjadi pecinta Allah sejati.

Jumat, 12 Februari 2010

Keberhasilan adalah Buah Kesabaran


angan terkecoh dengankeberhasilan seseorang. Dibalik kejayaan selalu ada jalan panjang yang berisikan catatan perjuangan dan pengorbanan, keringat dan kepayahan. Tak ada jalan pintas untuk sebuah kesuksesan. Bila anda terpesona pada kenyamanan yang siberikan oleh kesuksesan, anda bisa lupa dari keharusan untuk berupaya. Namun, bila anda terkagum pada ketegaran seseorang dala berusaha, maka anda telah menyerap sebuah energi kekuatan, keberanian dan kesabaran.

Pohon besar mampu menahan terjangan badai karana memiliki batang dan akar yang kokoh. Belasan tahun diperlukan untuk menunbuhkan dan melatih kekuatan. Bulan demi bulan, hujan menguatkan jaringan kayunya. Tahun demi tahun, pohon-pohon besar lain melindungi dari terpaan hujan. Tak ada hitungan malam untuk mencetak sebongkah batang yang tegar. Tak ada hitungan siang untuk menumbuhkan akar yang kekar mencengkeram bumi. Hanya dengan kesabaran anda bisa meraih keberhasilan. Tumbuhlah kesabaran bukan sekedar kecepatan meraih sukses.

Hanyalah Sementara



Adakalanya tiba masa-masa sulit, yang membuat hidup terasa penuh kepedihan dan keluh kesah. Namun pada saatnya jua tibalah masa kegembiraan, yang membuta hidup terasa ringan dan terang. Tanpa sadar bibir kita basah dengan senyuman. Sesungguhnya kesedihan, kegembiraan, kekecewaan, keriangan, dan emosi-emosi lain hanyalah sementara. Sebagaimana sesaatnya malam ditelan siang. Tak selamanya kesedihan dan kegembiraan melanda Anda. Semua itu datang silih berganti, tanpa dapat selalu dinanti.

Yang perlu Anda pahami adalah kesementaraan ini. Kesementaraan menunjukkan bahwa emosi-emosi itu bukanlah milik Anda. Ia hanya sebuah tawaran dari alam yang menuntun tindakan dan sikap Anda. Ia bukanlah Anda. Saat gembira sadarilah kegembiraan itu. Saat sedih, pahamilah kesedihan itu. Saat Anda penuh dengan kesadaran akan emosi Anda , saat itu andabersentuhan dengan jiwa yang tenang milik Anda.

Rabu, 10 Februari 2010

IKHLAS



Awal tahun lalu ada email yang dikirim salah satu saudara kita yang menarik perhatian saya. Kalau tidak salah berjudul Renungan Akhir Tahun: Seandainya Surga dan Neraka Tak Ada. Uraian panjang lebar itu, menurut saya intinya adalah satu yaitu masalah ikhlash. Seberapa besar sih, keikhlashan kita dalam beribadah? Sejauh mana sih pemahaman kita tentang ikhlash ini? Dan mana sih dalilnya? Kenapa begitu penting sampai – sampai dengan bombastis ditanyakan, apakah manusia mau tetap ibadah seandainya tidak ada surga dan neraka? Saya mencoba memahami dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari dinamika ikhlash ini, sebab dalil – dalilnya banyak kita jumpai dengan mudahnya.
Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan agama-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang murni. (QS Az-Zumar 2 - 3)

Dari Abu Umamah ia berkata, ‘Datang seorang lelaki kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Bagaimana pendapatmu seorang lelaki yang berperang mencari pahala dan sebutan (nama), dia mendapatkan apa?” Rasulullah SAW berkata, “Dia tidak mendapatkan apa – apa.” Lelaki itu mengulangi pertanyaannya tiga kali dan Rasulullah SAW selalu menjawab, “Dia tidak mendapatkan apa – apa.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali apa yang ikhlash karenaNYa dan dimaksudkan semata demi wajahNya. (Rowahu Abu Dawud)

Dari Abu Darda’, dari Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Dunia itu dilaknat dan apa yang ada di dalamnya dilaknat, kecuali apa yang dicari dengannya wajah Allah.” (Rowahu ath-Thabrani)

Atsar – atsar di atas dengan jelas menunjukkan pentingnya ikhlash dalam beramal. Dan salah satu cerita favorit saya masalah ikhlash ini adalah cerita tiga orang yang terjebak batu di gua. Berikut salah satu versinya.

Dari Ibnu Umar, dia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga umat dari sebelum kalian yang sedang bepergian, sehingga mereka harus bermalam di sebuah gua, mereka masuk ke dalamnya. Lalu sebuah batu besar menggelinding dari gunung dan menutup pintu goa. Mereka berkata, “Yang bisa menyelamatkan kalian dari batu besar ini hanyalah doa kalian kepada Allah dengan amal baik kalian.” Salah seorang dari mereka berkata; ’Ya Allah! aku dulu mempunyai kedua orang tua yang sudah renta dan aku tidak berani memberikan jatah minum mereka kepada keluargaku (isteri dan anak) dan harta milikku (budak dan pembantuku). Pada suatu hari, aku mencari sesuatu di tempat yang jauh dan sepulang dari itu aku mendapatkan keduanya telah tertidur, lantas aku memeras susu seukuran jatah minum keduanya, namun akupun mendapatkan keduanya tengah tertidur. Meskipun begitu, aku tidak berani memberikan jatah minum mereka tersebut kepada keluargaku (isteri dan anak) dan harta milikku (budak dan pembantuku). Akhirnya, aku tetap menunggu (kapan) keduanya bangun -sementara wadahnya (tempat minuman) masih berada ditanganku- hingga fajar menyingsing. Barulah keduanyapun bangun, lalu meminum jatah untuk mereka. ‘Ya Allah! jika apa yang telah kulakukan tersebut semata-mata mengharap wajahMu, maka renggangkanlah rongga gua ini dari batu besar yang menutup tempat kami berada. Lalu batu tersebut sedikit merenggang namun mereka tidak dapat keluar.

Rasulullah SAW bersabda lagi: ‘Yang lainnya (orang kedua) berkata: ‘Ya Allah! aku dulu mempunyai sepupu perempuan (anak perempuan paman). Dia termasuk orang yang amat aku kasihi, pernah aku menggodanya untuk berzina denganku tetapi dia menolak ajakanku hingga pada suatu tahun, dia mengalami masa paceklik, lalu mendatangiku dan aku memberinya 120 dinar dengan syarat dia membiarkan apa yang terjadi antaraku dan dirinya; diapun setuju hingga ketika aku sudah menaklukkannya, dia berkata: ’Tidak halal bagimu mencopot cincin ini kecuali dengan haknya’. Aku merasa tidak tega untuk melakukannya. Akhirnya, aku berpaling darinya padahal dia adalah orang yang paling aku kasihi. Aku juga, telah membiarkan emas yang telah kuberikan kepadanya. Ya Allah! jika apa yang telah kulakukan tersebut semata-mata mengharap wajahMu, maka renggangkanlah rongga gua ini dari batu besar yang menutup tempat kami berada. Lalu batu tersebut merenggang lagi namun mereka tetap tidak dapat keluar.

Rasulullah SAW bersabda lagi: ‘Kemudian orang ketigapun berkata: ‘Ya Allah! aku telah mengupah beberapa orang upahan, lalu aku berikan upah mereka, kecuali seorang lagi yang tidak mengambil haknya dan pergi (begitu saja). Kemudian upahnya tersebut, aku investasikan sehingga menghasilkan harta yang banyak. Selang beberapa waktu, diapun datang sembari berkata: “Wahai ‘Abdullah! Berikan upahku!. Aku menjawab: ’onta, sapi, kambing dan budak; semua yang engkau lihat itu adalah upahmu’. Dia berkata : ’Wahai ‘Abdullah! jangan mengejekku!’. Aku menjawab: “Sungguh, aku tidak mengejekmu’. Lalu dia mengambil semuanya dan memboyongnya sehingga tidak menyisakan sesuatupun. Ya Allah! jika apa yang telah kulakukan tersebut semata-mata mengharap wajahMu, maka renggangkanlah rongga gua ini dari batu besar yang menutup tempat kami berada. Batu besar tersebut merenggang lagi sehingga merekapun dapat keluar untuk melanjutkan perjalanan’. (Rowahu al-Bukhary, Muslim, an-Nasa’i)

Kemudian hadits qudsi yang ini, dari adh-Dhahak bin Qois, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya Allah yang Maha Barokah lagi Maha Tinggi berfirman, ”Aku adalah sebaik – baik sekutu. Barangsiapa menyekutukanKu dengan seorang sekutu, maka ia untuk sekutuKu. Wahai manusia, ikhlashkanlah amal – amal kalian, karena Allah tidak menerima amal kecuali apa yang diikhlashkan untukNya. Jangan kalian berkata, ’Ini karena Allah dan kerabat, karena ia adalah karena kerabat dan tak ada sedikitpun darinya yang karena Allah. Jangan pula berkata ini karena Allah dan wajah – wajah kalian, karena ia adalah karena wajah – wajah kalian, dan tak sedikitpun darinya karena Allah.” (Rowahu al-Bazzar dan al-Baihaqi)
Nah, menerawang kembali dalil – dalil di atas, terlintaslah apa yang sering diingatkan Pak Haji Djuanda dulu untuk mengingat kembali dan meneliti agar satu-satunya diri bisa menjaga tiga kunci kemurnian selalu. Yaitu murni niat, murni pedoman dan murni amalan. Dan setelah tabrak sana – tabrak sini, kebentur sana – kebentur sini, kejedot sana kejedot sini, baru nyadar ternyata ikhlash itulah padanan lain dari kata murni. Terutama untuk kemurnian niat. Ikhlash adalah memurnikan ibadah hanya karena Allah. Ikhlash adalah memurnikan ibadah untuk mencari wajah Allah. Ikhlash adalah kesadaran beribadah karena tahu akan hak dan kewajiban atau kebaikan mengalahkan yang lain - lainnya. Bukan karena paksaan. Maka bagi yang ingin mendapatkan kejelasan lebih lanjut, bandingkanlah ikhlash ini dengan riya. Ikhlash tidak boleh ada embel – embel lain, ditumpangi atau disertai dengan lainnya. Bahkan dalam penyederhanaannya, Deddy Mizwar mencoba memberikan pemerian ikhlash dalam film Kiamat Sudah Dekat sebagai syarat terakhir dalam mencari menantu.

Membaca kembali dalil – dalil di atas, bukan bermaksud menggurui - rasanya ikhlash merupakan hal penting dalam beribadah. Ikhlash pegang peranan kunci dalam diterima atau ditolaknya amalan. Tanpa mengurangi rasa hormat, tanpa bermaksud berpanjang kali lebar, hal ini sering dinasehatkan dengan kalimat sederhana ”disertai niat mukhlish lillah karena Allah”. Dan tentunya, seiring dengan naik – turunnya keimanan itu sendiri, pemahaman, pencapaian dan pengertian ikhlash ini sangat tergantung bagaimana setiap insan mereposisi diri, mau fastabiqul khairot atau pilih yang sedang – sedang saja. Akhirnya, anda sendirilah yang bisa mengukur dan menjawabnya.

Senin, 01 Februari 2010

Dasar Setan !!!!


Assalamualaikum.Wr.Wb
Seringkali kita menyalahkan setan sebagi biang kerok dari segala dosa yang kita perbuat. Padahal kalau kita lihat dalam Al-Quran, setan itu hanya bisa mengajak pada perbuatan dosa. Setan dan Iblis tidak bisa memaksa berbuat dosa.
Setan hanya mengajak dan memprovokatori manusia untuk berbuat dosa.Manusia mempunyai hak memlilih untuk melakukan perbuatan dosa atau tidak.

Dalam Kitab Suci Alqur’an Surat Ibrahim ayat 22 :

Berkata Syaithan “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan padamu janji yang benar,dan akupun telah menjanjikan kepadamu,tetpi akau menyalahinya.Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu (manusia),melainkan (sekedar) aku menyeru kamu,lalu kamu mematuhi seruanku,, Oleh sebab itu janganlah kamu mencercaku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali kali tidak dapat menolongmu,dan engkaupun tidak dapat menolongku.Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukanku (dengan Allah) sejak dahulu.Sesungguhnya orang yang zalim itu mendapat siksaaan yang pedih.
Jadi jelaslah kita tidak dapat menyalahkan setan. Apalagi memintanya bertanggung jawab atas dosa yang kita perbuat. Kita mengantuk waktu mengaji, setan kita salahkan.Kita berbuat maksiat, setan pula kita salahkan. Padahal jelas dalam ayat di atas, setan hanya bisa menghimbau dan menyeru, tidak bisa memaksa, apalagi secara fisik menarik tangan kita untuk memegang wanita yang bukan muhrim, atau menarik bibir kita untuk mencium perempuan yang disukai. Tapi kalau sudah kejadian maksiat terjadi, biasanya kita ngomong “Dasar Setan..!!!”...
Padahal setan Cuma menjalankan sumpahnya dan menjalankan perannya sebagai bentuk kekecewaaannya di usir dari surga.Inilah yang perlu kita waspadai, dendam Iblis begitu besar kepada manusia. Dia diusir dari surga karena kesombongannya, karena itu iblis berusaha menularkan penyakit congkak dan sombong ini kepada manusia, untuk menyeret manusia bersama dengannya ke Neraka. Kesombongan iblis terhadap Adam adalah kesombongan yang disebabkan oleh nasab (asal muasal). Dan kemudian kesombongan itu menyeretnya kepada kesombongan terhadap perintah Allah swt. Jadi kalau ada manusia yang merasa bangga dan sombong karena nasab (asal muasalnya), misalnya turunan raja, keraton, atau turunan kyai, maka manusia ini sudah jadi murid iblis.
Dan para orang yang banyak ilmu, orang yang ditokohkan, orang yang banyak nasehat bukanlah orang yang dikecualikan. Kalau manusia sudah tertulari penyakit ini, tak peduli apapun profesinya dan pekerjaannya, setinggi apapun ilmunya, sebanyak apapun amal kebajikannya, dia akan menganggap dirinya sebagai yang paling baik dan menganggap pihak yang berbeda dengannya tidak bernilai bahkan sebagai musuh.Orang seperti ini sudah susah dinasehati, merasa benar sendiri. Seolah Surga hanya miliknya sendiri.
Jadi kuncinya sebenarnya adalah perkuat benteng iman dari himbauan dan provokasi setan iblis laknat jahanam ini, bukan hanya bisa menyalahkan, tapi tidak menambah tebal benteng iman dengan banyak mengaji, mengamal, membela, mendatangi pengajian, dan meningkatkan Taqwa kita pada Allah dan RasulNya.
Ada baiknya kita berpegang pada suatu kaidah ini. Apabila kita berpihak pada sesuatu, maka mesti ada pihak yang dikorbankan. Kalau kita berpihak pada jalan Allah, maka setan korbannya karena seruannya gagal.Kalau kita berpihak pada seruan Setan, maka Allah korbannya. Tinggal kita memlih ,mengorbankan Setan atau mengorbankan Allah.